at Jejaring Sosial :D

Jejaring sosial menjadi hal yang biasa beberapa waktu ini. Bahkan cenderung menjadi kebutuhan banyak orang untuk dapat tetap saling berinteraksi dengan orang lain. Melalui jejaring sosial, kita bias berinteraksi dengan orang lain yang berbeda tempat dalam waktu singkat bahkan mengenal orang yang sebelumnya kita tidak mengenalnya. Jejaring sosial juga menjadi tempat yang tempat untuk menampung banyak kegalauan dari pada penggunannya. Contohnya, kalau lagi iseng buka beranda atau timeline pasti ada aja yang lagi ngegalau atau mengalami dilema atau bahkan keduanya atau diantaranya (andilau). Memang tidak ada salahnya mengungkapkan kegalauan, kesedihan dll melalui jejaring sosial. Memang tidak ada hukum yang melarang untuk melakukan hal tersebut. Akan tetapi, bukankah akan lebih baik apabila kita lebih banyak membagi kegembiraan dengan orang lain. orang-orang sedih yang menjadi teman dalam jejaring sosial yang kita gunakan mungkin bisa menjadi bahagia dengan membaca tulisan kita, atau merasa termotivasi. Tapi, kita tetap tidak bisa menghindari adanya persepsi atau perbedaan pemberian makna.

Beberapa hal yang bisa memberikan persepsi adalah ketika ada seseorang yang nge-unfriend dengan jejaring sosial kita. Sebenarnya saya baru mengalami perasaan ini beberapa hari yang lalu, ketika ada seorang senior yang memutuskan hubungan pertemanan dengan saya di jejaring sosial yang banyak orang pakai. Mungkin si senior ini sudah lama unfriend dengan saya tapi baru saya sadari beberapa hari yang lalu. Sedikit kaget memang karena seingat saya kami tidak memiliki masalah yang serius (dari persepsi saya). Namun, setelah saya pikir-pikir lagi hal ini bukanlah masalah yang besar yang patut dipermasalahkan. Toh, saya masih menyimpan nomor kontak beliau dan masih bisa saya hubungi bila ingin bertanya beberapa hal. Saya juga masih mengenal beberapa senior yang mengenalnya dan beberapa teman. Jadi, ini bukanlah suatu masalah besar. Jadi teringat dengan komentar dari Ayu Ting-Ting mengenai kasus sandal jepit polisi yang membuat vonis bersalah pada anak remaja namun tidak dipenjara, “Masalah kecil jangan dibesar-besarkan tapi masalah besar jangan dikecil-kecilkan.”

Yang bisa saya katakan apabila hal diatas terjadi dengan anda adalah, just Move On. Maksudnya adalah kita bisa menganalisa penyebab orang tersebut ‘mendadak’ memutus pertemanan dengan kita di jejaring sosial. Mungkin ada beberapa kesalahan atau kesalahpahaman yang sebaiknya diluruskan. Karena apabila orang tersebut adalah orang yang dekat dengan kita dalam artian kita cukup mengenalnya dengan baik, ada baiknya mengkomunikasikan masalah tersebut. Namun, apabila memang tidak bisa dikomunikasikan, tenang saja. Selama kita masih menyimpan nomor kontak yang masih bisa dihubungi, kita masih mengetahui dimana rumahnya itu bukan masalah serius. Tinggal pencet saja nomornya lalu bilang “Hallo?” atau datangi rumahnya, sekalian silaturahmi. Silaturahmi kan bisa memudahkan rezeki, tapi niatnya memang untuk menjaga tali silaturahmi ya 😀

Bila orang yang melakukan hal tersebut bukan orang yang kita kenal dengan baik, ya sudah jangan terlalu dijadikan beban pikiran. Masih banyak teman yang bisa kita jaga tali silaturahmi melalui jejaring sosial. Saya juga termasuk orang yang sedikit kejam, dalam artian bisa memutus hubungan pertemanan di jejaring sosial karena beberapa alasan seperti pemilik akun tersebut tidak saya kenal dan menggunakan nama yang alay. Juga orang yang saya tidak kenal dan memiliki koleksi foto-foto ‘kurang baik’. Mohon maaf apabila ada dari pembaca yang saya rugikan dengan tindakan saya tersebut, tapi jujur saya melakukannya karena memang dengan beberapa alasan. Saya juga mengakui saya punya masa lalu alay, dengan tidak menggunakan nama asli ketika awal-awal menjadi pengguna jejaring sosial. Tapi setelah dinasihati oleh seorang kakak kelas, saya pun mengganti nama akun dengan nama asli. Lebih menghargai jerih payah orang tua saya juga perjuangan mereka dalam mencari nama, begitu kata kakak kelas saya.

Intinya, hubungan silaturahmi di luar jejaring sosial lebih utama dan sebaiknya dijaga dengan baik. Jejaring sosial hanya sebagai suatu alat untuk memudahkan komunikasi dengan orang lain yang berjauhan dengan kita. Juga untuk menambah teman. Dan juga jangan terpaku pada masalah yang terlihat besar tapi sebenarnya bila dipikir-pikir lagi tidak terlalu besar. Move On! Lakukan suatu hal yang bisa membuat perbedaan dengan adanya masalah.

Life To Do! (Still : Happy Holiday)

Alasan Suka Fotografi

Memotret selalu menjadi bagian menyenangkan dalam hidup saya. Memotret kadang juga bisa membuat saya merasa lebih ambisius dari biasanya. Ya, untuk mendapatkan potret yang bagus tentu saja. Salah satu tema yang sangat menarik bagi saya adalah perasaan manusia. Suatu tantangan tersendiri untuk bisa mendapatkan ekspresi manusia yang tepat dan berbeda dengan ekspresi yang biasa ditunjukkan ketika menghadapi kamera. Untuk beberapa orang yang sangat suka dipotret, katakan saja (maaf) banci kamera, mereka akan memberikan reflek bergaya ketika melihat kamera diarahkan kepada mereka. Dan menurut saya, hal ini tidaklah menarik. Mengingat mereka sangat terbiasa dengan hal semacam ini dan dengan mudahnya memberikan ekspresi “andalan” mereka.

Berbeda dengan orang-orang yang tidak suka dipotret bahkan sangat tidak suka dan tidak mau dipotret. Merupakan suatu tantangan untuk membuat mereka mau dipotret dan percayalah ekspresi mereka bahkan akan sangat berharga mengingat ketidaksukaan mereka untuk dipotret. Bagi saya, mendapatkan ekspresi dari orang-orang seperti ini sangatlah menyenangkan untuk tidak dikatakan sombong. Haha. Kenapa? Entahlah. Anggap saja seperti seorang pengoleksi sepatu yang akhirnya bisa mendapatkan koleksi yang sangat-sangat dia inginkan sementara barang tersebut limited edition, katakanlah. Maka, ketika berhasil mendapatkan sepatu tersebut, pengoleksi sepatu tersebut akan merasa girang bukan main, senang sekali sampai-sampai rasanya ingin lompat dari gedung paling tinggi (Oke. Yang terakhir terlalu berlebihan). Begitu juga perasaan saya ketika bisa mendapatkan satu saja potret aneh bin unik, misal foto teman saya yang sedang asyik mengupil dengan ekspresi flat alias monoton. Juga foto lain, ketika bisa mendapatkan foto teman saya yang sangat suka dipotret, tapi kali ini dengan ekspresi mulut mangap, mata sedikit menyipit, wajah menggambarkan kebingungan (jika tidak bisa dibayangkan, silakan praktikan di depan kamera dan lihat hasilnya).

Efek samping dari memotret tema itu adalah saya akhirnya mendapat sebuah julukan yang menurut saya sangat terhormat. Julukan itu adalah “si Paparazzi”. Yup, karena saya sangat suka memotret ekspresi mereka diam-diam lalu kemudian dengan kejamnya meng-upload foto tersebut ke jejaring sosial. Beberapa dari mereka (pura-pura) kesal. Tapi sejujurnya ini sangat menyenangkan. Jika orang memiliki keusilan untuk membuat orang lain kesal dengan memberikan berbagai julukan kemudian memperolok dengan julukan tersebut untuk mendapatkan kedekatan dengan teman, maka saya memilih memotretnya.

Dari salah satu novel yang pernah saya baca, dimana tokohnya menyukai fotografi karena dapat mengabadikan beberapa momen penting. lewat fotografi, banyak hal bisa diabadikan dan seolah-olah dibekukan oleh waktu, bahkan ketika kita sedang tersenyum dan dipotret. Fotografi bisa menampilkan sisi berbeda yang tidak selalu kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Lewat foto yang diambil, kita bisa melihat seseorang atau suatu hal dari perspektif lain. Juga yang paling penting, bisa bersyukur atas kehidupan yang telah Dia beri selama ini. Walau pun akhir-akhir ini saya jarang sekali memotret, tetapi keinginan untuk itu tidak pernah menghilang. Mungkin kadang surut, tapi suatu saat akan menemui masa mencapai puncaknya. Ada kepuasan tersendiri ketika bisa mengambil sisi berbeda dari orang lain. Atau bisa mengambil sudut lain yang unik dari suatu benda atau suatu momen.

Life to Do!

When you don’t have any idea

Menurut gue masa terburuk adalah masa dimana ketika kalian gak puny aide untuk melakukan sesuatu atau gak punya topik untuk sekedarnya dibayangkan atau diimajinasikan. Maka untuk kasus ini, berbahagialah dan bersyukurlah orang-orang yang sedang jatuh cinta, orang-orang yang sedang punya masalah (banyak ataupun sedikit), orang-orang yang punya tujuan dan mimpi (ini yang terutama), orang-orang yang sedang banyak tugas atau pekerjaan juga orang-orang dengan beban pikiran (khususnya orang dewasa).

Menurut gue, waktu yang membunuh adalah waktu liburan karena bisa jadi banyak agenda yang sudah dirancang seperti ketemu teman atau keluarga, baca buku and another thing yang gak bisa dilakukan ketika sedang tidak liburan, jadi bisa terealisasi ketika libur tiba. Tapi di sisi lain, hal ini bisa sangat membunuh dan mematikan karakter dan itu yang sedang gue rasakan. Sebelum liburan dengan semangat membara gue merencanakan banyak hal dan apa yang gue dapat di tengah ke akhir liburan adalah gue menyadari bahwa gue terpuruk dengan liburan yang benar-benar membunuh ini. Gue gak punya kambing hitam untuk gue salah-salahin karena memang kenyataannya ini karena kelalaian gue. Betapa menyedihkannya. Pasti banyak yang bertanya apa hubungannya sama judul postingan gue. Hubungannya adalah gue merasa ide untuk nulis blog tiba-tiba menguap entah kemana. Nulis 50 postingan di blog adalah salah satu target liburan gue sekarang but you see that, gue bahkan belum dapat setengahnya.

Masa terburuk bukanlah akhir bulan ketika keuangan menipis atau bahkan duit habis sebelum waktunya. Ya mungkin bisa jadi masa terburuk buat beberapa orang, relatif. Masa terburuk bukan ketika nilai ujian terjun bebas, walau pun menurut gue ini bisa banget membuat gue dan beberapa orang merasa terpuruk karenanya. Tapi di sini gue pengen menyampaikan bahwa masa terburuk (menurut versi gue sekarang) adalah ketika lu gak punya bahkan ide untuk melakukan sesuatu. Jadinya berasa kaya Frankenstein. Kaya zombie berjalan. Horror banget! Tubuh kita sehat, otak Alhamdulillah masih ada, sistem peredaran darah masih lancer, pencernaan dan lain-lain juga tapi bingung mau ngapain. Dan itu yang terjadi sama gue beberapa (banyak) hari ini. Ya emang sih, gue baca beberapa buku tapi tetep gak ada sensenya dan tetap gak bisa ngasih gue ide brilian buat nulis blog. Akhirnya nekatlah gue nulis blog dengan abal-abalan begini. Ya anggap saja car ague untuk tetap memenuhi target selama liburan.

Menulis menurut gue adalah salah satu kebutuhan. Gue bisa merasa sangat lega dengan mengetikan beberapa paragraph di laptop atau menulis diari. Yang terakhir ini sudah gue lakuin sejak duduk di bangku SD kalau gak salah. Isinya paling seputar keseharian gue atau gue lagi suka sama siap (cinta monyet). Dan terus sampai sekarang. Walau pun sekarang lebih bersifat ilmiah seperti nulis laporan karena memang wajib atau juga catatan kuliah karena gue ngerasa lebih afdol untuk melakukannya. Dan benar-benar jadi hal yang buruk ketika gue gak punya ide apa-apa untuk bahkan sekedar curhat sama laptop atau buku diari. Rasanya hampa.

Anyway dengan postingan ini, gue harap bisa sedikit memberikan ide untuk nulis banyak hal sehingga target gue tercapai (Amin). Bentar lagi liburan kelar dan gue masuk semester 4. And you know what. Hal ini membuat gue sadar bahwa gue udah tua. Ya walau pun baru bulan depan bilangan umur gue nambah jadi 19 tapi akhirnya berkurang 1 tahun. Semoga selalu diberkahi atas segala hal dan kebaikan oleh-Nya.  Salah satu kalimat dari teman TPB gue yang menurut gue kocak karena mirip sama kalimatnya pak Bondan Winarno adalah “Tetap Sehat, Tetap Semangat supaya bisa bertahan di semester depan.”

LIFE TO DO! (Eh ke capslock. Hehe. Peace ^___^V)

HOME

Home atau rumah adalah tempat awal dimana semua kehidupan seseorang berawal. Dari rumah tempat pelajaran kehidupan pertama didapatkan. Rumah gak harus berbentuk seperti apa yang biasa kita ketahui, tapi bisa berbentuk apa saja. Terdapat perbedaan antara Home dengan House. Kalau menurut pendapat saya, house hanya menggambarkan rumah secara umum, mendeskripsikan rumah sebagai tempat berteduh dan bla-bla. But, home is more than it. Home adalah tempat dimana anda dan juga saya bisa merasa nyaman, merasakan penerimaan yang sesungguhnya dan tempat berpulang (di dunia).

Sepertinya tulisan ini akan sedikit banyak mengarah kepada tulisan yang sentimental atau sedikit mellow, tapi ya sudahlah. We’re just try to discuss about home, right? Sebenarnya saya menulis postingan ini juga dalam rangka HOME SICK. Ya masalah perantauan khususnya mahasiswa seperti saya tidaklah susah ditebak, sederhana dan jelas : Kangen Rumah. Banyak hal yang hanya bisa kita dapatkan ketika kita di rumah dan kita tidak dapatkan ketika kita jauh dari rumah, katakanlah sedang kuliah di luar pulau seperti saya atau para pekerja yang bekerja di luar kampung halaman contoh dekatnya adalah orang tua saya. Kami adalah orang-orang yang merindukan tempat bernama rumah alias HOME. Tadi siang Papa saya mengirim pesan singkat ketika saya sedang silaturahmi ke rumah kakek dan nenek dari Papa yang sudah meninggal. Isi pesan singkat beliau kurang lebih mengatakan bahwa beliau rindu kampung halaman dan ingin pulang tapi belum bisa karena situasi dan kondisi belum mendukung (pekerjaan).

Bagi Papa, sekalipun orang tua sudah tiada, kampung halaman tetaplah sebuah tempat kembali yang ditunggu dan menunggu. Ditunggu oleh Papa untuk didatangi terutama ketika libur tiba dan ditunggu kedatangan Papa oleh para sanak saudara beliau yang beberapa tinggal dekat dengan rumah orang tua mereka. Bagiku, rumah tetaplah rumah. Sekali pun sudah sering berpindah dari kota satu ke kota lain karena mengikuti tugas Papa, rumah adalah rumah. Mau dimana pun, asal ada sebentuk perasaan nyaman dan penerimaan, maka aku sudah tidak terlalu peduli dengan bentuk fisik yang sebenarnya tidak terlalu penting.

Bagi orang Jawa yang masih tahu adat kejawaannya, rumah adalah miniatur alam mikrokosmos. Simbol alam jagat raya yang memancarkan kekuatan supranatural. Membangun rumah ibarat merangkai alam raya ; tempat makhluk melangkah mewujudkan tujuan hidupnya. Hal ini juga baru saya tahu setelah membaca novel karya Tasaro yang berjudul Galaksi Kinanthi. Mungkin ini juga yang menjadi alasan banyak orang yang menginginkan rumah dengan bentuk begini, isi begini, arah begini dan letak begini serta beberapa hal lain tentang rumah.

Rumah adalah tempat penerimaan. Penerimaan sesungguhnya ketika mungkin kondisi paling parahnya adalah seluruh isi dunia menentangmu. Maka rumah punya caranya sendiri untuk menerimamu. Rumah selalu punya caranya sendiri untuk mendidikmu dengan bijaksana ketika di luar sana banyak hal menggoda yang sebenarnya hal tersebut kurang baik. Rumah adalah sebaik-baik tempat berteduh. Berteduh dari segala hal, hujan, panas, badai, angin, juga hujan dari manusia. Rumah punya caranya sendiri untuk mendamaikan hatimu. Rumah punya caranya sendiri untuk membuatmu merasa diterima ketika orang lain menolakmu. Rumah adalah tempat yang hangat, tempat dimana saya selalu ingin pulang dan berada di antara orang-orang yang saya kasihi. Rumah adalah tempat di mana semua pemahaman ditanamkan sejak dini, pembelajaran dilakukan dan kasih sayang disalurkan. Ketika perhatian dan kepercayaan menjadi pondasi utama, maka percayalah rumah adalah tempat yang menyenangkan dan selalu memiliki gravitasi luar biasa bagi siapa saja yang pergi dari rumah tersebut.

Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, rumah bisa berbentuk apa saja. Rumah bukan hanya seperti yang kita lihat, tapi juga bisa berarti seseorang, tempat tertentu, waktu tertentu atau mungkin peristiwa tertentu. Seperti dalam lagunya Adhitia Sofyan yang liriknya sebagai berikut :

….still everyday I think about you

I know for a fact that’s not your problem

But if you change your mind

You can find me at the place where the big blue sky collapse

you say people are trying to find their way back home

so I’ll find my way to you…

(Blue Sky Collapse~Adhitia Sofyan)

Dari lirik di atas, bisa disimpulkan rumah menurut seseorang bisa berarti seseorang lainnya yang dapat membuat dia nyaman, orang yang selalu ada dalam pikiran sekalipun orang tersebut tidak memikirkan kita. Sebegitu pentingnya arti sebuah rumah bagi seseorang, maka menurut saya penting pula untung memberikan kenyamanan bagi seseorang yang penting bagi kita. Contoh sederhananya pada orang tua (ini mah wajib) juga saudara (apalagi ini). Karena bila orang lain merasa nyaman, kita juga bisa merasakan nyaman yang mereka rasakan karena kita telah berperan menciptakan atmosfer menyenangkan tersebut. Sederhana tapi terkadang praktiknya cukup sulit. but, if we really want to feel like a home, just do as your best to them and believe they also the important part of our life 😀

Bagi saya, rumah bukan hanya rumah tempet orang tua saya tinggal dan berdiam. Rumah bagi saya juga salah satunya adalah sekolah menengah saya di utara Kalimantan Timur sana. Saya merasakan penerimaan, kehangatan keluarga besar, teman-teman seangkatan, memiliki adik yang banyak (adik kelas), pendidikan yang menyenangkan, tempat begaol (haha) yang kocak dan gokil juga tempat membangun mimpi-mimpi. SMA saya yang terletak jauh dari keramaian adalah tempat dimana saya melarikan banyak masalah, banyak pertanyaan, tempat merenung dan menangis yang baik, tempat merasa lebih dekat dengan-Nya, tempat saya meraih sebagian mimpi-mimpi saya bersama sahabat-sahabat saya. Salah satu rumah terbaik saya, karena saya mewajibkan diri saya mengunjungi SMA ketika sedang pulang ke sana, merasakan kembali masa lalu untuk meningkatkan semangat yang mungkin sedikit meluntur dengan aktivitas kuliah. Dan, untuk mereka yang suka memandangi langit malam, rumah saya yang satu ini adalah salah satu tempat terbaik untuk itu.

Rumah saya yang lain adalah rumah kakek dan nenek dari Bunda. Jadi terasa seperti rumah karena sejak kuliah, ketika tidak bisa pulang ke Kalimantan, maka orang tua pun menyarankan dan memerintahkan saya untuk pulang ke rumah kakek dan nenek di Jawa Tengah. Di rumah ini juga terasa penerimaan dan kehangatan. Selain itu, saya senang berlibur di sini karena bisa mendengat logat Jawa yang ngapak. Hehe. Another of my home is masa TPB dan masa departemen. Saya merasakan penerimaan yang berbeda, tetapi bagi saya penerimaan adalah penerimaan. Ketika orang lain menerimamu apa adanya. Oya, masa TPB juga termasuk di dalamnya ketika Asrama Putri TPB. Banyak kenangan di sana. Sepertinya saya merasa rumah saya banyak. Hehe. Ketika semester 3, saya selalu bilang mau pulang ke rumah dan teman-teman bingung karena sepengetahuan mereka rumah orang tua saya di Kalimantan. Kemudian saya menjelaskan yang saya maksud dengan rumah adalah rumah kontrakan 😀

Life to DO! ^__^

Resensi : Cintaku antara Jakarta dan Kuala Lumpur

Salah satu penulis dengan karya yang menurut gue BEDA adalah Tere-Liye. Masing-masing penulis punya gaya bercerita yang berbeda satu dengan lainnya, it means they have different characteristic. Gue mulai suka sama karyanya bang Tere-Liye sejak pertama kali baca bukunya yang sekarang udah dijadikan film, Hafalan Shalat Delisa. Tiap gue baca novel itu, gue selalu mewek bahkan nangis banjir air mata. Mungkin efeknya bisa berbeda buat orang lain, tapi gue tersentuh dengan tema yang sering digunakan oleh Tere-Liye yang kebanyakan bercerita tentang kanak-kanak. Tapi di postingan ini, gue sedang tidak ingin membicarakan novel beliau yang lain, tapi novel yang menurut gue selain unik juga endingnya tidak terduga.

Di novel Cintaku antara Jakarta dan Kuala Lumpur, nama penulisnya Sendutu Meitulan. Itu adalah nama pena dari penulis dengan nama pena Tere-Liye. Nama pena lain dari karya-karya beliau adalah Darwis-darwis (di buku Senja bersama Rosie). Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Addbook Indonesia sekitar tahun 2006. Buku dengan tebal 240 halaman ini sepertinya ditulis oleh beliau ketika masih melajang karena menurut tentang penulis di belakang beliau masih jomblo (by default).  Dan sepertinya di awal karya-karya beliau karena semakin ke sini-sini, beliau lebih sering mencantumkan nama Tere-Liye.  Salah satu halaman yang mencantumkan simpul pembuka dari cerita ini berbunyi :

Teman, sejauh ini hidupku tak banyak berisi hal yang menakjubkan. Semua biasa-biasa saja.

Bagiku hidup mengalir begitu saja. Bertemu kelok, berkeloklah. Menghantam bebatuan, berdebamlah. Menghujam riam, meluncurlah. Dihadang bendungan, bersabarlah….

Kalian pasti akan melewatinya. Tidak hari ini, pasti esok!

Boleh jadi kita hidup di atas panggung sandiwara. Tapi tak pernah kudapatkan peran yang mengharu biru, mencabik-cabik, membuat mata berurai air namun mulut menyimpul senyum.

Entahlah di mata langit apa ada actor utama dalam kehidupan. Jika ada maka jauh panggang dari api itu aku.

Lahir, mati, jalan kehidupan sudah digariskan. Pun urusan jodoh. Kita bisa menikah dengan siapa saja, dan itu bisa jadi bukan dengan orang yang paling kita cintai.

Bagiku memilih pasangan tidak lebih sekedar urusan “memilih”. Aku tak percaya ada cinta sejati di dunia ini….

Apalagi segala kisah-kisah itu……..

Tapi kisah ini mengajarkan sesuatu. Kalian akan tertawa. Kalian akan menangis. Dan semoga setelah itu pemahaman baru tentang cinta muncul bagai kecambah jamur tumbuh subur di musim hujan… dan akhirnya, suatu saat nanti semoga kehidupan akan jauh lebih baik!

Itulah simpul dari cerita ini. Cerita tentang seseorang bernama James yang tidak terlalu suka bergaul dengan wanita, bukan karena suka dengan sesame tetapi karena menurutnya wanita itu menyebalkan! Teman masa kecilnya, Tania berusaha mengubah pandangan James dengan mengajaknya bergaul dengan teman-teman wanitanya, mengajak bermain polo air juga menonton konser musik. Dari konser music inilah semua cerita berawal. James jatuh cinta dengan Siti, penyanyi asal negeri Jiran yang tidak hanya cantik dan bersuara merdu tetapi juga santun. Hingga beberapa pertanda muncul setelah konser penyanyi itu yang dihadiri James karena paksaan dari Tania dan empat orang komradnya.

James bertemu dengan Siti di pesawat dalam perjalanan menuju KL. James juga yang melindungi Siti ketika ada keributan di dalam pesawat akibat cuaca yang kurang baik. Bahkan membawa Siti ke rumahnya di Bogor, mengenalkan Siti dengan Ibu James, tetangga, Tania dan kedua orang tua Tania karena mereka sudah seperti keluarga bagi James. Di antara waktu-waktu pertanda itu, Tania yang menjadi sahabat James sejak kecil selalu mendengar curahan hatinya, namun James tidak menyadari pertanda lain dari Tania. Hingga kunjungan Siti yang kedua kalinya ke Bogor, terbongkar suatu kebohongan yang disembunyikan James dari Tania. Ketika James pergi ke KL, Tania yang pengoleksi sepatu menitipkan sepatu limited edition agar dibelikan James. Namun, malang tak dapat dihindari, James yang saat itu bertemu dengan Siti yang juga pengoleksi sepatu dan sedang mencari sepatu tersebut malah memberikan titipan Tania kepada Siti demi mendapatkan perhatian gadis melayu tersebut. Tania yang malam itu mendengar cerita tersebut dari Siti yang tidak tahu apa-apa, marah kepada James. Hingga terbongkarlah semua tentang perasaan yang selama ini dipendam Tania.

Akhir dari cerita ini, Siti mengundang James untuk datang ke KL, mengenal keluarga Siti. Namun, di saat yang bersamaan, James yang kaget dengan kenyataan tentang perasaan Tania mendengar dari Ibunya bahwa Tania akan melanjutkan sekolah ke Jerman. James akan memilih siapa? Akan lebih baik jika kalian baca sendiri ceritanya. Bukan bermaksud promosi walau cerita ini lumayan bagus, tetapi tidak seru bukan bila cerita ini habis di sini? Bacalah, dan semoga bisa menambah pemahaman tentang arti kata “memilih” seperti kata sang penulis.

Life To Do! 😀