Move ON (part II)

Salah satu lagu yang sedang saya dengarkan saat menulis postingan ini adalah lagu dari bocah cilik yang jago main piano, Greyson Chance, judulnya Waiting outside the line. Lagu ini intinya mengatakan tentang seseorang yang tidak bisa mengambil kesempatan, padahal di luar sana ada kesempatan baik. Kita memang lebih menyenangi posisi nyaman kita sekarang dan tidak mau pindah dari “Our Safe Position” atau zona nyaman. Ya, buat apa pindah. Belum tentu dengan berpindah itu kita bisa merasa nyaman senyaman kondisi sekarang.

Perasaan nyaman membuat kita enggan berpindah. Saya juga tidak tahu kenapa dan bagaimana proses semua itu. Mungkin lain kali jawabannya bisa beberkan setelah membaca buku psikologi atau berdiskusi dengan pakarnya. Contoh sederhananya seperti yang sekarang sedang saya rasakan dan saya jalani, menatapi layar 10 inci notebook saya padahal masih ada tugas yang deadlinenya besok dan tugas-tugas lainnya meminta dikerjakan segera.Tapi, saya masih betah membuat postingan baru (karena udah lama gak ngepost) sambil mendengarkan beberapa lagu yang sedang saya sukai. Kalau saja besok tidak ada tugas, maka bisa dipastikan saya akan lebih betah dengan posisi ini.

Contoh di atas adalah contoh bagaimana kita susah berpindah dari posisi nyaman. Padahal mungkin dengan move on dari kondisi sekarang, tugas-tugas saya bisa lebih cepat selesai dan saya bisa istirahat lebih lama. Tapi kenyataannya, hingga detik ini saya belum berpindah. Berikut penggalan dari lagunya Greyson si bocah yang jago piano.

You’ll never enjoy your life,
living inside the box
You’re so afraid of taking chances,
how you gonna reach the top?

Rules and regulations,
force you to play it safe
Get rid of all the hesitation,
it’s time for you to seize the day….

Kita begitu takut untuk keluar dari rumah atau tempat kita merasa nyaman padahal mungkin ketika kita keluar kita bisa menemukan banyak hal baru dan mendapatkan apa yang tidak kita daoatkan bila kita hanya diam di rumah mungkin sambil berleha-leha nonton acara TV favorit, tidur-tiduran atau hal lain yang membuat kita nyaman di rumah. Gampangnya untuk analogi yang sedikit lebih dilematis bagi bangsa ini adalah pengangguran. Beberapa kasus, mereka menjadi pengangguran karena tidak mau berusaha mendapatkan uang atau mengambil kesempatan. Mungkin pekerjaan yang ditawarkan kurang menarik, gajinya tidak seberapa, karena mempertahankan gengsi dan lain-lain.

…..Stuck in my same position,
you deserve so much more
There’s a whole world around us,
just waiting to be explored……

Saya baru beberapa waktu lalu mengkhatamkan novel terbarunya Bang Tere-liye yang berjudul kau, aku dan sepucuk angpao merah. Inti novel ini memang menceritakan kisah cinta, tetapi ada satu bagian yang saya garis bawahi yang mungkin berkaitan dengan kasus pengangguran di atas. Tokoh utama yang bernama Borno adalah seorang lulusan SMA. Dia pun memutuskan bekerja di pabrik karet yang membuatnya harus berbau karet setiap harinya. Setelah di PHK, dia bekerja serabutan apa saja. Menurutnya ini akan lebih baik daripada Ibunya mengomel melihatnya hanya diam di rumah, setidaknya ia melakukan suatu pekerjaan. Mungkin dari sudut pandang pendidikan, lulusan SMA setidaknya bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Tentu, dengan berusaha mendapatkan pekerjaan, dia pun akhirnya bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik, yaitu menjadi pembawa sepit (kendaraan untuk menyebrangi sungai di kalimantan). Apa jadinya bila ia tetap tinggal di rumah? Apa jadinya bila ia tetap bekerja serabutan? Mungkin keadaan Bang Borno akan sama dengan banyak orang di luar sana, bukan?

Ada banyak hal di sekitar kita yang menunggu untuk digali dan dimanfaatkan, begitu kira-kira maksud dari lagu Waiting outside the line. Jika kita tidak berusaha keluar dari kotak yang mengungkung kita dengan rasa nyaman, bagaimana kita bisa mencapai puncak dari sesuatu, sesuatu yang lebih hebat, lebih besar, lebih berarti dan tentunya lebih bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kita harus berani keluar dari zona nyaman kita sekarang dan melihat kemungkinan lain yang (siapa tahu dan semoga) bisa membuat kita lebih berarti dan belajar banyak hal.

~Life To DO!