Survive!

Selamat subuh…masih pukul 5.13 ketika saya mulai menuliskan beberapa kata awal di sini. Selamat berkarya, memang pagi hari adalah waktu terbaik. Ketika belum banyak orang yang bangun (mungkin) dan ketika udara masih bersih-bersihnya, saat belum banyak kendaraan bermesin lalu-lalang dan membuat suara-suara yang ada sehari-hari.

Survive, manusia memang harus bertahan hidup, kan? Di tengah kejamnya dunia (halah), di tengah makin matrenya kehidupan, walau banyak juga orang yang masih tulus-ikhlas-baik hati. Dan mari kita berdoa, agar populasi orang tulus-ikhlas-baik hati jumlahnya bertahan malahan meningkat. Manusia memang harus bertahan, kan? Dengan segala pilihan yang sudah dia tetapkan. Kebosanan memang tantangan terbesar untuk stay di posisi dan kondisi yang sama.

Survive dengan pilihan yang sudah dibuat, mungkin bisa membuktikan kepada diri sendiri dan orang lain betapa dewasanya. Menantang rintangan kebosanan yang seringnya datang dari diri sendiri. Melawan kebosanan yang kalau tidak pintar, malah akan membunuh banyak aspek, banyak hak orang dan lain-lain. Bertahan bukan hanya butuh dukungan dari diri sendiri, tapi juga butuh faktor pendukung dari luar, faktor eksternal. Tapi tetep iya, bahwa segala apa yang terjadi itu juga karena keputusan dari kita. Kan Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya? (semoga tidak sok tahu, ya?)

Survive dengan topik yang sama, lalu senang karena menemukan laman ini. Seneng, semacam mendapat dukungan setelah berminggu-minggu galau dengan topik yang sama. Mau move on dari topik itu atau survive. Dan saya memilih pilihan kedua. Setelah membaca judul-judul yang ada, makin semangat untuk penelitian. Memang saya belum bisa ngajuin proposal penelitian ke sana sih, secara masih undergraduate student (-__-). Terus kenapa? Gak papa sih, berasanya dapat teman seperjuangan aja. Menemukan banyak orang dengan semangat yang sama. Haha…

Pengen nyari inspirasi lagi, apa lagi yang bisa diutak-atik dari subjek yang pengen saya teliti. Ingin segera menyelesaikan proposal penelitian, segera menghadap dosen pembimbing lalu menerima segala macam coretan revisi proposal dengan hati bahagia (kebahagiaan yang aneh). Ngebayangin bolak-balik ketemu dosen demi revisi semacam ada bunga-bunga bertebaran di sekitar saya, komik banget gak sih? haha.

Seru aja kayanya. Biar kata banyak orang, tingkat akhir itu sesuatu, ya memang sesuatu. Sesuatunya itu di perasaan deg-degan ngurusin penelitian. Apalagi penelitian yang jauh dari habitat kampus, yang belum kebayang banget bakalan gimana di sana. That’s why proposal penelitian kudu perfect. Supaya di lapangannya lancar jaya *amin*.

Sempat gak bisa Survive dengan topik yang ini karena takut gak bisa ikutan seminar ID, tapi ya sudahlah. Jalani saja. Jalanan di depan memang masih abu-abu sekali, tapi saya jadi semangat lagi. Saya jadi penasaran lagi. Saya jadi tertarik lagi, hati saya tersentak dan tergerak (sumpeh, ini bahasa gak nahan :D).

Karena unsur terpenting agar dapat survive dalam penelitian yang banyak menguras tenaga, pikiran, kantong dan mungkin juga hati adalah ketertarikan terhadap apa yang akan kita teliti. Seberapa penasaran kita terhadap objek penelitian kita, seberapa sabar kita menghadapi tantangan yang ada dipengaruhi bangat sama rasa penasaran ini. Mungkin orang-orang yang jadi peneliti itu harus punya rasa ini –> rasa penasaran (kepo banget haha).
Mungkin karena belum kebayang tentang penelitin, jadi ada perasaan takut sekaligus penasaran. Nanti jadinya bakalan gimana? Bagaimana pas udah dijalanin? Bagaimana pas udah dapat data? Dan lalalala lainnya.

~Terus penasaran untuk siapa pun yang mau penelitian. Semangat hari selasa, jadi lebih baik yuk daripada 1 detik yang lalu~

#lifetodo