Fieldtrip yeyeye

sebenarnya bingung mau ngeposting apa di tengah malam-malam yang gelap gulita ini. Agak menyedihkan memang terbangun malam, niatnya mau baca buku eh malah mati lampu. ya sudah. Mungkin bukan rejeki saya malam ini baca buku, gak baik juga buat kesehatan mata kan?

Nah, saya ingin berbagi cerita aja nih. Berhubung hiburan satu-satunya sekarang tinggal mengandalkan benda mungil ini, si merah. Hoho… Saya ingin berbagi tentang Fieldtrip yang saya dan teman-teman di Departemen Gizi Masyarakat ikuti.

Image

Ini salah satu foto di kunjungan ke sariroti areal U, jababeka cikarang *maaf jika ada kesalahan dalam penulisan tempat* Ini merupakan kunjungan kedua dalam sehari fieldtrip. Dan karena datangnya ke areal industri, ya disini kami melihat hal-hal yang terkait mesin untuk produksi roti yang sudah terkenal seantero Indonesia ini 😀

Proses pembuatan rotinya tidak lagi menggunakan tenaga manusia, tetapi menggunakan tenaga mesin yang besar-besar sehingga efisiensinya tinggi karena dalam satu kali produksi bisa memproduksi sekian ribu roti tawar dan roti manis. Dari kunjungan itu, saya mengambil satu poin penting bahwa kalau sudah berkomitmen pada suatu hal kita harus menjaga komitmen itu dengan sungguh-sungguh. Apalagi terkait perdagangan yang tentunya melibatkan unsur yang sangat krusial, yaitu kepercayaan konsumen. Selain ke sariroti, rombongan bis kami juga ke sini.

Image

kalau yang ini kunjungan pertama, ke Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi. Kunjungan ke sini lebih fokus ke pelayanan gizi dan jasa makanan di rumah sakit sendiri. Sempat juga masuk ke dapurnya dan bisa tahu gimana proses pembuatan makanan untuk banyak pasien di RS tersebut. Banyak dapat ilmu juga dari kunjungan pertama ini, terutama semangat untuk mengabdi kepada masyarakat.

Ditutup dengan kepulangan yang macet tapi seru karena saya berpikir kapan lagi bisa macet bareng satu jurusan. Haha… Alhamdulillahnya nyampe bogor sebelum jam malam karena waktu itu belum sempat makan malam jadi masih sempet cari bahan untuk makan 😀

 

~life to DO!!!

Ikan-ikan….

Saya tidak punya hobi memelihara suatu hewan sejak kecil. Dari kecil yang memiliki ketertarikan besar terhadap hewan adalah adik saya. Ketika melihat kucing-kucing kecil yang baru saja lahir, adik saya langsung mencarikan kardus kosong dan meletakkan kain bekas di dalamnya agar kucing tersebut tidak kedinginan. Dan apa yang saya lakukan? Hanya menonton adik saya melakukan itu semua. Walau pun Bunda selalu marah karena khawatir, tetapi adik saya selalu dan selalu melakukan hal di atas.

Dan apa yang terjadi ketika saya tumbuh besar (halah)? Ketidaktarikan akan hewan peliharaan tetap sama. Mungkin saya suka kelinci putih dengan mata merahnya yang menyala dan dengan tenang mengunyah kangkung yang saya petik di kolam, tetapi saya tidak punya keinginan memilikinya. Hanya senang menatapnya saja.

Tantangan terjadi ketika kemarin saya ulang tahun dan mendapat hadiah ikan hias dari seorang sahabat sekaligus ‘partner in crime’. Dia tahu saya sempat tertarik memiliki peliharaan sejak tingkat 1, tetapi belum sempat membeli ikan. Yang membelikan fishbowl pun dia. Sejujurnya, saya tertarik memelihara hewan terutama ikan, karena sahabat saya itu. Saat ulang tahun itu, saya mendapat hadiah ikan neon dan ikan guppy, totalnya 5 ekor. Seiring berjalannya waktu, kematian pun menghampiri beberapa dari mereka dan yang tersisa hanya ikan guppy yang sudah dua kali memiliki keturunan *apa deh* Selain anakan dari ikan guppy betina yang selalu diikuti ikan-ikan lain, saya juga sempat membeli satu bungkus ikan warna merah yang lupa namanya apa. Jadinya seperti ini deh fishbowl saya :

Beberapa ikan red coral (kalau gak salah) telah kembali pada sang Pencipta T____T Semoga diterima di sisi-Nya (amin). Saya sekarang malah pengen beli ikan warna hitam yang pipinya gembul-gembul. Hahaha…lucu banget ngelihatnya 😀

~Life To DO!!!

Amanah itu…

Kata orang, amanah itu tidak dijemput, tetapi datang ke kita dan meminta kita untuk menyelesaikannya. Lalu, bagaimana halnya dengan orang yang mencalonkan diri jadi Ketua RT misalkan? Apakah itu disebut dengan amanah juga? Atau karena banyak orang mendukung orang yang mengajukan diri, maka disebut dengan menjemput amanah?

Saya masih bingung dengan hal di atas. Kenapa begitu banyak orang di dunia ini berebutan menjadi presiden, padahal seperti yang sering kita lihat di televisi, Presiden yang sekarang sedang menjabat pun tidak bahagia dengan kondisinya. Mungkin lebih tepat dikatakan terlihat tidak bahagia. Saya pernah iseng-iseng memperhatikan kantung mata presiden. Dulu saat awal menjadi presiden, kantung mata beliau tidak sebesar sekarang.

Mengurusi diri sendiri saja, kita seringnya merasa riwueh alias repot. Apalagi harus mengurusi satu negara. Atau yang paling kecil adalah mengurusi RT atau RW. saya rasa banyak konflik yang terjadi. Lalu kenapa ada banyak manusia yang ingin menjadi pemimpin padahal mereka tahu yang akan menghadang di depan mereka bukanlah hal yang mudah. Saya masih mempertanyakan hal ini. Untuk sementara, beberapa jawaban yang sempat mampir ke otak saya adalah : 1) Mereka hanya menginginkan kekuasaan dan kekayaan atau 2) Mereka yang maju benar-benar memiliki niat baik untuk mengubah banyak hal. Selain itu, saya belum menemukan jawaban lain.

 

~Life To Do!!!

Keberanian

Dibutuhkan banyak keberanian untuk berdiri di atas kaki sendiri, untuk menghadapi dunia dan segala permasalahannya bahkan berlari. Orang yang lari dari masalahnya membutuhkan keberanian dan meyakinkan dirinya bahwa dia siap dengan resiko dari lari itu (mungkin).

Saya pun demikian. Saya butuh banyak keberanian untuk bercerita kepada orang lain tentang kondisi saya, perasaan saya kepada orang lain, masalah keluarga bahkan tentang orang yang saya sukai. Ya, saya butuh banyak keberanian untuk itu semua, terlebih mengahadapi masalah yang sepertinya setiap hari makin rumit. Entah kenapa rasanya waktu seperti terbang, bukan berjalan dan berlari lagi. Tau-tau sudah sore hari. Tau-tau sudah semester 4 (setengah jalan lagi InsyaAllah). Semua ini juga butuh keberanian.

Dari mana datangnya keberanian? Dari kemauan untuk mengembangkan diri, untuk membangun diri menjadi sosok yang lebih baik. Orang yang takut akan ketinggian akan berani alias nekad main bungee jumping dari ketinggian berapa ratus meter karena ada kemauan untuk tidak takut lagi dan dari kemauan itu timbullah keberanian.

Pada dasarnya setiap orang punya keberanian dalam dirinya. Tergantung masing-masing saja, kadar keberanian itu mau dibuat berapa persen.

Semangat dan tetap berani menjalani hidup serta membangun diri 😀

~Life TO DO!!

Freedom!

Freedom is when you feel so free and being happy, but not also. Like this

Haha… saya melakukan ini kamis minggu lalu, saat presentasi Kulinari. Entah kenapa, saya juga bingung. Ingin saja, sebentar tidak merasakan getar dari Handphone saya. Haha…nekad sih :p

Jangan ditiru ya!!

~Life to do!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Amateur Photograph (part VII)

HOLAAAA….alhamdulillah, setelah sekian lama vakum dari dunia fotografi (amatir tentunya), siang ini *baru banget* saya bisa mengambil beberapa foto di sekitar kampus. Sebenarnya waktu vakum yang terlalu lama juga disebabkan kamera saya belum sempat diisi dengan baterai (ketahuan malasnya). Tapi, alhamdulillah sekali lagi. Senang sekali bisa mengambil beberapa gambar yang sudah lama saya harapkan *menerawang dengan wajah bahagia*

Nah, salah satu gambar yang saya ambil adalah gambar di samping ini. Jika banyak departemen di IPB, plang besarnya dibuat menempel dengan tanah alias sejejar dengan tanah, maka departemen ini berbeda. Kenapa? karena bisa dilihat di gambar tersebut, bahwa plang besar tanda departemennya menempel pada dinding tinggi dan menurut saya cukup jarang diperhatikan orang. But, anyway this is unique at all 😀

And then, this is my favorite one *like usual*

Yes, teknik makro. Dari dulu, saya sudah suka dengan teknik pengambilan foto ini. Begitu dekat dan begitu menampilkan sesuatu dengan lebih dekat. Memang tidak semua detail objek bisa ditampilkan dengan teknik ini dalam satu gambar. Tetapi disitu tantangannya. Bagaimana bisa mengambil suatu gambar yang bisa mewakili setidaknya sekitar 70% dari keseluruhan *sotoy mode ON*

This is my friend’s favourite one. She had bought a portion of fried chicken just to feed this one (the picture on the right side). Saking sayangnya dia dengan hewan ini, dia rela dan selalu menyisakan tulang ayam ketika Ibunya membawakan bekal dari rumah. Dan selalu, ketika waktu makan usai, dia akan mencari hewan kesayangannya satu ini. Betapa oh betapa -____-  Tapi, saya tidak bisa berbohong bahwa memotret hewan satu ini begitu menarik dan menantang. Entahlah. Menurut saya menarik saja. terutama untuk mendapatkan pose dari kucing yang langka dan bagus itu hal yang tidak mudah untuk saya.

And this is… Hmm…Bagaimana ya mengatakannya? haha… Pengen ketawa geli sekaligus sedih. Sederhana. Karena harus merunduk dalam bahkan berbaring di lantai untuk mendapatkan gambar ini *lebay* Memang agak berlebihan. Tapi sekali lagi, di situlah letak tantangannya. Bulan lalu, saya mendapatkan suatu kutipan yang sangat baik, “Totalitas sebanding dengan kenangan”. Artinya kurang lebih, semakin besar perjuangan kita dalam suatu hal (totalitas), semakin banyak yang bisa kita kenang dari hal tersebut. Dan, itu terbukti 😀

 

Hijrah=Berpindah

Hijrah alias berpindah bisa dilakukan siapa saja, kapan saja dan untuk alasan apa saja. Bahkan orang semulia Rasulullah Saw. Pun berpindah alias hijrah. Ya, hijrah dari Makkah ke Madinah dalam rangka menjalankan tugas untuk menyebarkan kebaikan dan kebahagiaan untuk segenap manusia di bumi ini. Saya pun berpindah, tetapi bukan dengan tujuan semulia Rasulullah Saw. Dengan alasan memang harus pindah. Pindah kos tepatnya. Berpindah dari sebuah rumah kontrakan ke sebuah kos, namun tetap di jalan yang sama. Hanya berbeda beberapa ratus meter dengan tempat yang lama.

Seorang teman pernah berkata :”Ah, lu mah pindah gak ada kemajuan. Di situ-situ aja”

Ya, memang saya rasanya sudah nyaman dengan suasana di sana sehingga belum ada kepikiran untuk berpindah ke suatu lingkungan yang benar-benar baru. Walau pun mungkin kemampuan adaptasi saya lebih cepat dibanding orang lain, entahlah. Kenapa saya katakan lebih cepat? Karena dari kecil saya terbiasa berpindah-pindah rumah dari satu tempat ke tempat yang lain, mengikuti orang tua yang dipindah tugaskan. Rasanya? Tidak menyenangkan untuk meninggalkan teman lama. Namun, keuntungannya bisa bertemu dengan banyak orang baru di tempat yang baru

Dan inilah kondisi kamar saya ketika hari H pindahan. Jeng-jeng!!!

Bunda saya pernah berkata bahwa kita tidak akan pernah menjadi orang yang lebih maju jika  hanya berdiam pada kondisi dan (mungkin) tempat yang sama. Kalau tidak salah ingat (semoga benar), Rasulullah pun berpindah agar bisa lebih meluaskan ajaran Islam ke tempat lain. Bayangkan jika Rasululah tidak berhijrah alias stay di Mekkah. Mungkin Islam tidak akan seberkembang sekarang (ini pendapat pribadi).

Jadi intinya, berpindah itu tidak selalu menyedihkan (walau pun sangat sedih berpisah dengan teman sekontrakan yang lama T___T kangen kalian).

~Life To Do!!!