Ketika Anda Menyandang Gelar “Mahasiswa”

Ketika anda melepas predikat siswa sekolah menengah atas lalu memutuskan (dan juga beruntung) menyandang predikat mahasiswa maka percayalah bukan hanya satu hal yang berubah dari hidup anda. Ada banyak hal yang berubah dengan berubahnya predikat itu. Contoh yang semakin saya rasakan berkaitan dengan mata kuliah minor atau SC (Supporting Course) yang dapat diambil di semester 4 ini. Dosen Pembimbing saya tidak langsung serta merta memutuskan MK apa yang sebaiknya saya ambil tapi beliau memberikan arahan, baik dan buruknya bila mengambil a atau b dan lain-lain. Dan untuk hal ini, saya sedikit banyak bersyukur ikut konsultasi kemarin. Walau di sisi tidak menyenangkannya saya jadi tidak bisa mengikuti ijab qabul paman saya yang menikah ketika saya pulang. Hiks!

Hidup adalah pilihan. Itu yang semakin saya rasakan hingga saat ini menyandang predikat mahasiswa. Khususnya dalam hal akademik, kita memang harus lebih mandiri, berani mengambil resiko juga matang dalam menimbang berbagai keputusan yang akan kita ambil. Minor atau SC yang akan diambil tentu berpengaruh kedepannya baik saat ditanya ketika sidang dan lain-lainnya (berdasarkan cerita dari teman-teman).

Ketika anda menyandang gelar mahasiswa, banyak hal yang dituntut dari anda (juga saya). Baik dari segi kemandirian, kedewasaan dan yang paling utama serta menjadi hal yang dilematis (menurut saya) adalah sumbangan terhadap masyarakat. Golongan yang beruntung menyandang gelar mahasiswa adalah golongan minoritas. Kenapa? Karena hanya sekian persen lulusan SMA yang beruntung menyandang gelar mahasiswa. Dan untuk keberuntungan tersebut, akan selalu dipertanyakan apa yang dapat kita berikan kepada masyarakat, terutama sekitar kita. Dan ini juga pertanyaan yang selalu menghantui saya belakangan ini.

Mahasiswa adalah jembatan antara pihak yang menggerakkan roda pemerintahan dengan rakyat. Jadi tidak heran, banyak demonstrasi yang berasal dari mahasiswa juga pergerakan di masa lampau, seperti penggulingan presiden Soeharto setelah menjadi presiden RI selama 32 tahun. Tetapi tidak lantas pergerakan mahasiswa diartikan secara langsung dengan demonstrasi atau aksi turun ke jalan. Ini hanya satu dari banyak bahkan jutaan cara untuk mengingatkan pihak pemerintah. Kenapa harus diingatkan? Sederhana, karena pemerintah juga manusia, bukan makhluk sempurna jadi mereka bisa saja berbuat tindakan yang salah bahkan merugikan rakyat. Sebagai mahasiswa, yang memiliki akses dan kesempatan lebih besar dekat dengan ilmu pengetahuan, akan ada banyak cara untuk menjadi jembatan yang baik. Saya sering mendengar perlombaan atau acara menulis surat yang ditujukan kepada Presiden RI dari anak-anak SD. Dan ketika kampanye caPresma-caWapresma IPB beberapa waktu yang lalu, saya mendengar dari salah satu pasangan calon, ada yang pernah mengkritik kebijakan pemerintah dengan mengirim surat. Dan bahkan menulis artikel untuk mengkritik kebijakan mereka pun bisa dengan mudah kita lakukan, tentu dengan maksud menjadi jembatan yang baik.

Menjalani amanah sebagai mahasiswa, yang semakin saya rasakan dan akan terus saya juga teman-teman lain rasakan adalah tanggung jawab terhadap ilmu yang telah kita ambil untuk kita dalami. Ketika duduk di bangku SMA pun, kita masih mempelajari ilmu-ilmu yang umum. Tetapi, ketika duduk di bangku kuliah, kita telah memutuskan untuk mendalami suatu bidang ilmu lebih baik dan lebih mendalam. Setiap hari, akan bertambah jumlahnya orang yang bertanya kepada saya juga teman-teman sekelas saya tentang cara diet yang benar untuk suatu keadaan, baik yang awalnya kurus ingin menjadi gemuk atau sebaliknya dan lain-lain. Ilmu yang sekarang saya ambil, akan dan seharusnya selalu melekat sejak ilmu itu keluar dari mulut dosen atau pengajar hingga kapan pun. Bukan lagi menjadi angin lalu, dipelajari hanya ketika akan ujian. Seorang dosen pernah berkata bahwa proses belajar adalah proses yang berkelanjutan dan seharusnya belajar untuk kehidupan. Hal tersebut yang selalu terngiang-ngiang dalam otak saya sejak semester 3. Awalnya hal ini menjadi beban, karena bagaimana pun ilmu yang saya ambil menyangkut nasib manusia. Tetapi, lama-lama saya berusaha menikmati semua ini, menjalani hidup sebagai golongan ini, golongan mahasiswa yang diagung-agungkan akan dapat memecahkan banyak masalah.

Dan semoga kita benar-benar menjadi golongan pemecah masalah dan bukan menjadi golongan penyebab masalah karena negeri ini sepertinya sudah terlalu banyak memiliki masalah.

Life To Do!