kehilangan adalah hal yang menjadi bagian dari hidup manusia. Barusan sih di salah satu jejaring sosial, saya menulis begini :
“Hidup adalah masalah, kalau gak punya masalah gak usah hidup”
JLEBB banget waktu pertama kali ngedenger kalimat itu dari seorang teman di salah satu kepanitiaan. Bener sih, hidup ini penuh lika-liku *kenapa berasa mau nyanyi?* Yah, Bunda saya juga pernah bilang begini :
“Manusia itu dibekali otak dan akal pikiran supaya bisa menyelesaikan masalah”
Dan, masalah yang saya hadapi saat ini dan beberapa waktu ke belakang adalah : merasakan kehilangan.
Waktu pulang ke rumah, sekitar pertengahan juli lalu, saya lihat perubahan yang JELAS : Adik saya jadi tumbuh tinggi melebihi saya. Inilah salah satu resiko punya saudara laki-laki, karena sekali pun mereka lebih muda dari kita tetap saja pertumbuhan mereka akan mengalahkan kita. Hiks-hiks. Dan yang membuat kehilangan adalah saat saya buka-buka album foto yang udah lama. Ya, sekitar 7 atau 8 tahun yang lalu, waktu saya masih di bangku SMP. Waktu itu jelas, adik saya masih kecil nan imut-imut. Bahkan sebelum operasi amandel, dia tampak lucu dan menggemaskan (pengen nyubit karena pipinya yang tembem dan emang partner berantem satu-satunya di rumah). Setelah operasi, berat badannya turun, tapi tidak drastis.
Beranjak SMP, dia tumbuh tinggi dan bersuara lebih bass (efek hormon -_-). Dan saya kehilangan lagi suara imutnya. Hiks-hiks. Waktu emang terbang ninggalin kita di belakang ya? Tau-tau sekarang dia udah kelas 1 SMA, udah punya motor sendiri, matic pula yang dimodif sedemikian rupa sehingga warnanya ajaib : gold. Saya agak heran dengan seleranya. Mungkin sekeluarga, dia yang punya jiwa seni tinggi. Dan jadi inget, saya kehilangan lagi momen waktu adik saya masih awal-awal bisa jalan, dia suka banget nyoret-nyoret dinding rumah. Gambar favoritnya adalah speed boat karena sering dibawa jalan ke pelabuhan. Saya juga kehilangan momen dia ngecat sepeda warisan saya, yang awalnya warna merah muda jadinya rock n roll kata Bunda : Merah-Kuning.
Sekarang saya juga kehilangan ketika setelah taraweh, dia sesekali pergi untuk main futsal. Mungkin seiring terbangnya waktu, akan semakin banyak kehilangan yang saya rasakan terhadap adik saya, terhadap banyak orang juga. Dan mungkin, ayah dan ibu saya juga merasakan hal yang sama, ketika saya lulus SMA dan memutuskan kuliah di pulau jawa, jauh dari Kalimantan Timur, tempat kami menghabiskan waktu sekian belas tahun.
Mungkin orang tua lain juga merasakan kehilangan dan selalu bersiap dengan kehilangan. Entah hilang yang ‘fana’ atau benar-benar kehilangan. Orang tua mungkin bersiap kehilangan, terutama nanti ketika anak-anak mereka tumbuh dewasa, kuliah di tempat yang jauh, bekerja dan menikah, memiliki keluarga sendiri….
~Life To Do