Jatuh Cinta Itu Biasa Saja

Kita berdua hanya berpegangan tangan
Tak perlu berpelukan
Kita berdua hanya saling bercerita
Tak perlu memuji

Kita berdua tak pernah ucapkan maaf
Tapi saling mengerti
Kita berdua tak hanya menjalani cinta
Tapi menghidupi

Ketika rindu, menggebu gebu, kita menunggu
Jatuh cinta itu biasa saja
Saat cemburu, kian membelenggu, cepat berlalu
Jatuh cinta itu biasa saja

Jika jatuh cinta itu buta
Berdua kita akan tersesat
Saling mencari di dalam gelap
Kedua mata kita gelap
Lalu hati kita gelap
Hati kita gelap
Lalu hati kita gelap

****

Lirik lagu di atas adalah lirik lagu Jatuh Cinta itu Biasa saja oleh Efek Rumah Kaca. saya mulai ketularan suka dengerin lagu dari efek rumah kaca sejak sering mendengar lagunya yang berjudul Tubuhmu Membiru Tragis.

Salah satu kalimat dari Bang tere liye adalah cinta itu sama saja seperti perasaan lain. Seperti perasaan kecewa, sedih, senang, marah, jengkel dan lain-lain. Ketika kita tidak terlalu mengacuhkan perasaan tersebut, maka perasaan tersebut tidak akan terlalu berkembang dan membutuhkan perhatian. Ketika kita memperhatikan perasaan jatuh cinta, maka hal itu ibarat kita menabur benih lalu menyiramnya dengan sabar, merawatnya hingga berbunga dan berbuah bla-bla… Sederhana memang. Tapi begitulah. Perasaan cinta akan begitu berbeda dan akan lebih diperhatikan dengan seksama dibanding perasaan dosen yang kita cuekin saat kuliah berlangsung dan kita lebih memilih tidur atau kegiatan lain.

Ya, perasaan sesederhana itu ternyata bisa membuat orang lain begitu kelimpungan karena ketika berjalan bertemu dengan orang yang membuatnya jatuh cinta. Coba saja, ketika kita bertemu dengan orang yang membuat kita merasa demikian lalu kita berpikir bahwa hal tersebut adalah hal yang biasa saja, mungkin hasilnya akan berbeda. Tapi, memang bagi beberapa orang hal ini tidak demikian adanya. Perasaan ini akan sangat mengganggu sekali. Mengganggu konsentrasi belajar, bekerja, makan dan kegiatan lainnya. Tidak bertemu salah. Bertemu juga salah. Lalu maunya apa? Kadang kita jadi heran dengan tingkah orang yang sedang mengalami perasaan jatuh cinta. Ckckck -__-

*tulisan ini akan berlanjut di edisi postingan selanjutnya*

~Life To Do!

Berbagi

Berbagi adalah ketika kita bisa memberi apa yang kita miliki dan kita rasakan dengan orang lain, dan saya bisa merasakannya hari dan malam ini. Biasanya saya tidak suka minta tolong kepada orang lain. Bukan tidak suka, tetapi sebisa mungkin menghindari minta tolong kepada orang lain, selama saya bisa mengerjakannya sendiri.

Malam ini saya belajar bahwa saya harus bisa berbagi dengan orang lain, apa-pun itu. Tetapi yang terutama adalah berbagi kebahagiaan. Biarlah saya berbagi kebahagiaan dengan pembaca blog saya (kalau ada yang ngebaca). But, asumsinya sih semoga ada yang ngebaca 😀

Berbagi sendiri membutuhkan keberanian, keberanian untuk membuka diri kepada orang lain. Dalam hal ini maksudnya bukan hanya tentang berbagi makanan ya, tetapi berbagi masalah, berbagi kebahagiaan dan berbagi lain-lainnya. Sebagai makhluk sosial, kita tidak akan bisa lepas dari keharusan untuk berbagi dengan orang lain. Dan, sejujurnya hal ini yang jadi masalah dengan diri saya. Entah sejak kapan saya kehilangan kemampuan ini. (LHO?) Why? Why? Why?

Haha…gak juga separah itu. Saya agak susah untuk menceritakan hal-hal yang berbau pribadi dengan orang lain. Entah kenapa. Saya juga tidak mengerti kenapa. Mungkin sejak saya mengenal kalimat jangan bergantung kepada manusia. Mungkin memang saya yang berlebihan, jadinya dampaknya segini parah. Jadi agak susah membuka diri dengan orang lain, termasuk soal organisasi. Beberapa teman mengatakan bahwa saya terlalu sering mengerjakan tugas-tugas sendirian. Padahal saya lakukan itu karena saya bisa sendiri mengerjakannya dan memang tugas saya. But, another people can make their own opinion, right?

Hidup harus terus berjalan, sesusah apa pun itu. Sesedih apa pun kisah yang mengikutinya, kita harus berdiri di atas kaki kita dengan berani. Tetapi tetap percaya dengan orang lain dan berbagi kebahagiaan. Karena kita tidak bisa hidup sendiri. Mungkin saya terlalu ingin mandiri, jadinya malah tidak menyisakan ruang untuk orang lain. Ini yang salah. Ini yang seharusnya saya ubah. Dan semoga next time lebih baik 😀

Semangat! ~Life To Do!!!

Unknown (part I)

Entah ini puisi atau bukan, yang jelas hanya ingin menuliskannya di sini…mungkin juga akan ditulis di tempat lain

 

Unknown

seperti jalan ini

jalan yang bukan aku yang memilihnya

jalan yang harus aku yang menjalaninya

jalan yang…entah warnanya apa…

karena sekarang yang terlihat adalah warna abu-abu

pernahkah kamu menjalani hari tanpa tahu itu hari apa?

pernahkah kamu menjalani waktu tanpa tahu itu jam berapa?

ya, begitulah sekarang.

like stay in unknown place, unknown time and unknown purpose…

tapi. cukup dijalani saja

cukup dilalui dan dilewati

karena ternyata mungkin saja warnanya bisa berubah menjadi warna yang aku suka

warna merah, warna langit, langit sore….

Antara Prioritas dan Komitmen

Antara prioritas dan komitmen, mana yang harus didahulukan? Pertanyaan ini pernah diutarakan oleh seorang teman yang juga sekaligus bos saya (sebut saja demikian). Saya juga ketika ditanya hal seperti ini akan bingung, harus menjawab bagaimana dan memberikan alasan apa. Karena pertanyaan ini sungguh membingungkan. Heu -__-

Dan sekarang hal itulah yang sedang saya rasakan. Bingung memikirkan harus memilih mana, di antara prioritas dan komitmen. Besok adalah puncak pergerakan (yang katanya orang pergerakan) di Bulan Mei, dan bahkan mungkin di tahun 2012. Besok adalah jadwal dialog rektor dan saya tidak tahu kapan lagi akan diadakan dialog serupa. Tetapi masalahnya adalah saya harus datang pada suatu agenda yang juga …. penting *speechless*

Sebenarnya saya bukan tipikal orang yang senang mengumbar kesedihan di dunia maya dan kawan-kawannya. Makanya saya berusaha sebisa mungkin tidak mengumbar status sedih di jejaring sosial *dusta*Yah, sebisa mungkin tidak menulis status galau, gundah, gulana sedih dkk.

Kemarin ketika “dipaksa” oleh pak bos saya untuk datang rapat dan pak bos saya berhasil mendapatkan jawaban yang mana yang didahulukan antara prioritas, janji dan komitmen. Orang yang menjawab tersebut adalah Ketua BEM fakultas yang pertama. Beliau menjawab, yang didahulukan adalah prioritas lalu komitmen dan janji *semoga bener jawabannya*

Why? Why? Why? *apasih yang saya pertanyakan?* I really really hope to be an amoeba. sangat berharap yang jelas. Dengan menjadi amoeba, satu belahan tubuh saya bisa ikutan dialog rektor dan satu belahan lainnya bisa ikutan agenda penting itu. ya Allah -___- *sabarin-sabarin*

Saya sangat bersyukur, galaunya galau yang jelas *lho?* Maksudnya galau mau ikutan agenda yang mana. Tapi saya harus kuatkan tekad untuk ikutan agenda penting daripada ikutan dialog rektor *now, trying to be Ikhlas*

~Life To DO!!!

Finally, Choux Pastry!

Yes, postingan ini adalah kelanjutan cerita dari postingan sebelumnya yang berjudul : Hidup Pastry!!! Hanya ingin berbagi sedikit cerita tentang praktikum kulinari yang sepertinya akan segera berakhir dua minggu lagi dan ditutup dengan tema : Cookies dan Pudding. Sedih, tapi mau bagaimana lagi. Pada dasarnya, praktikum di kelas/lab/dapur hanyalah sedikit kisah yang bisa dibagi, dan the real story will start at your real life.

Dua minggu lalu, kelompok saya mendapat tugas membuat pastry dan kami memilih tantangan paling berat yang pernah ada *lebay* yaitu Puff Pastry. Kami tahu bahwa membuatnya tidak semudah menyaksikan tayangannya di beberapa video yang dapat diunggah, but trully, I really interest to make it. But, you know what? H-2 sebelum praktikum dilaksanakan, kami semua harus menerima kenyataan bahwa semua menu yang sudah dipersiapkan harus diganti. Mau marah, gimana? Emang bakal memberikan dampak yang lebih baik. Mau kesel percuma. Lebih baik memikirkan solusi bagaimana bahan-bahan mahal yang sudah dibeli seperti korsvet tidak ditelantarkan. Alhamdulillah, ada teman sekelas yang dapat menu membuat puff pastry sementara kami harus membuat choux pastry yang gak memakai korsvet. Yah, kami pun bertukar.

Masalah tidak berhenti sampai di situ. Dua minggu lalu, saat perencanaan menu sebenarnya asisten praktikum sudah menyarankan untuk membuat choux pastry karena jauuuuuh lebih mudah dibanding puff atau danish pastry. Tapi kami memilih puff, karena berpikir :”Kapan lagi?” Ya, semangat udah ada. Udah ancang-ancang buat bikin puff pastry. But, the fact must be received. Jadilah kami memasak choux pastry yang biasa disebut dengan kue sus. Saya memiliki kenangan buruk dengan masakan ini. Bukan karena rasanya, tapi belakangan jadi tidak terlalu suka, juga karena Bunda saya pernah mencoba membuat lalu gagal.

Tapi, semangat untuk memperbaiki kenangan buruk masih ada. Dan jadilah kami menguatkan hati membuatnya. Saya, dan dua teman lainnya akhirnya mencoba mencari video lagi tentang How to Cook Choux Pastry. And like before, all seems easy. Dan inilah jadinya

Cantik ya? 😀 Ini adalah panggangan ketika setelah dua panggangan sebelumnya katakanlah “Gagal”. Hiks-hiks. Kata dosen yang memberikan evaluasi setelah cooking time yang entah kenapa terasa lebih melelahkan daripada memasak makanan pokok dan olahan daging.

“Kalian tahu sekarang bukan? Bahwa membuat kue sus tidak semudah kelihatannya, walaupun harganya hanya seribu rupiah ketika dijual…”

Yeah,  not all seems easy like they seem. You will never know until you try how to make this pastry… And we know, we still have to learn much about culinary. Kesombongan tidak akan memberikan dampak baik apa pun, dan saya sadar sebelum memasaknya, passion saya juga ada unsur kesombongannya. Sombong bahwa kue sus ini akan berhasil. Lupa bahwa ada Dia yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Lupa, bahwa semua butuh proses belajar. Dan kelompok kamis hari itu pun tahu, bahwa banyak yang harus dipelajari, terlepas dari berbagai faktor yang menyebabkan masakan kami kurang sukses. At all, untuk melihat this choux pastry di meja Teaching Cafetaria dengan penampilan semanis ini, I really say thank to my partner in crime in culinary team : Teteh cantik Uni dan Kiky. Makasih untuk terus bersama saya, melawan rasa pesimisme yang sempat hadir sejak panggangan pertama kue sus kemarin :’)

This is it, Choux Pastry ala kelompok 2 *meniru Farah Queen*

Still learn, still optimistic, still being yourself and be the Best!! Oya, quote terbaik saya minggu ini adalah :”Terlalu banyak yang artifisial di dunia ini, So Just Being Tough!”

~Life To DO