Jangan Khawatir…

Jangan khawatir karena semua orang sudah punya jalan mereka masing-masing. Walaupun kadang jalan hidup kita benar-benar tidak kita duga atau sudah pernah menginginkannya kemudian melupakannya dan ingat karena kenyataan yang terjadi demikian. Seperti saya…

Mimpi masa kecil saya adalah menjadi seorang ahli gizi, dan berada pada posisi seperti ini seolah membuat saya harus mengingat dengan baik semua keinginan itu dengan detail. Karena, mungkin benar kata orang, kata yang terucap adalah doa. Dan…here me now at my childhood dream, not my teen’s dream which I hope to be an astronom.

Berat memang untuk beralih. Saya tidak bilang melupakan atau mengakhiri mimpi itu. Tapi mungkin belum waktunya atau mungkin ada orang lain yang lebih baik bila berada pada posisi tersebut. Dan mungkin saya lebih cocok berpakaian koki atau jas lab daripada berdiri dengan keren di belakang teleskop (Oh, How I miss that moment much T__T)

Tapi, seorang senior pernah berkata lewat salah satu status FBnya bahwa kita tidak perlu khawatir tentang rejeki, kematian, dan jodoh karena Allah sudah mengaturnya dan menuliskannya dalam skenario besar hidup manusia, Lauh Mahfuzh. Yang harus kita khawatirkan adalah tempat kita setelah kematian menjemput (Heggh!!! #tertohok -___-)

Ya, tidak perlu khawatir tentang matahari esok hari dan warna langit senja. yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik agar tempat sesudah mati itu jelas, sejelas minyak yang berpisah dengan air. Seterang warna langit…

 

Life To Do~Life To Enjoy~Semangat!!! 😀

Bersyukur langit-langit tidak tertukar…

Ketika sedang mengikuti mata kuliah anatomi manusia beberapa hari yang lalu, Dosen saya pernah berkata, “…makanya kalian harus bersyukur, bayangkan kalau letak palatum keras dan palatum lunak itu tertukar. Kalian jadi tidak bisa mengucapkan kalimat dengan harus s, l,d,r,n dan lain-lain. Bayangkan kalau palatum keras yang dibelakang. Bagaimana jadinya? Gak bisa menelan kan?”

Palatum atau biasa disebut dengan langit-langit merupakan suatu bagian dari mulut yang membatasi rongga mulut dengan rongga hidung. Palatum terdiri atas dua bagian, yaitu bagian keras dan bagian lunak. Palatum keras terdiri atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang depan tulang maksilaris (tulang rahang atas) (Pearce 2011). Ketika lidah kita menyentuh langit-langit bagian depan dekat gigi atas dan terasa keras itulah yang disebut dengan palatum keras. Keras karena dilapisi oleh tulang.

Berbeda dengan palatum lunak yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir. Gerakan palatum lunak ini dikendalikan oleh ototnya sendiri. Palatum lunak ini langit-langit bagian belakang dekat uvula (kalau liat di cermin ada daging menggantung bentuknya kerucut) (Pearce 2011). Nah, kenapa disebut lunak? Karena palatum ini gak ada tulangnya, makanya lunak 😀

Palatum keras ini fungsinya lebih mengarah untuk berbicara, seperti mengucapkan beberapa huruf dimana lidah harus menyentuh langit-langit. Kalau ada makanan masuk, terus dikunyah dan mau ditelan, palatum keras ini yang mendorong makanan masuk ke kerongkongan dari arah depan. Palatum lunak yang istilahnya memberikan pijatan.

Makanya, bayangin deh kalau palatum ketuker. Yang lunak di depan, yang keras di belakang. Bisa-bisa kalau ngomong “ular melingkar-lingkar di pagar” jadinya kedengaran “ulal melingkal-lingkal di pagal”. Hahaha 😀

Sumber : Pearce, E.C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

~Life To Do~Life To Give

Homesick part II

Di KRL perjalanan pulang dari jakarta ke bogor tadi, saya melihat banyak rombongan keluarga. Yaaah…jadi home(sick) lagi >,<

Ada seorang anak perempuan  berusia sekitar  3 atau 4 tahun (bisa nebak soalnya si anak lagi aktif ngoceh) yang duduk di pangkuannya ibunya. Si anak kelihatan sangat menikmati semua kedekatan dengan si Ibu. Si ibu pun demikian. Sangat menikmati ocehan anaknya yang lagi aktif-aktifnya ngomong (baca : cerewet -_-“).

Dan saya dengan sangat miris melihat semua itu… Seandainya yang dipangku itu saya. Seandainya yang berada dalam kondisi itu adalah saya (ngarep mode ON). Ya, siapa yang tidak merindukan Ibunya terlebih sudah melewatii waktu lebaran tanpa beliau T___T. kalau membicarakan tentang homesick gak ada habis-habisnya, terutama dan sangat utama untuk kalangan perantauan (mahasiswa, pekerja perantau dll dsb).

Homesick sih wajar. Asal bisa mengelola semua perasaan itu agar tidak terlalu berlebihan dan malah merugikan (kata seorang senior). Ya, saya juga merasa kalimat tersebutsangat benar. Dan, selama hampir 1 tahun lebih kuliah di pulau jawa yang artinya jauh dari orang tua, homesick saya selalu datang ketika ujian juga datang. Contohnya kemarin. Ketika UTS akan tiba dalam hitungan beberapa hari, saya malah merana gara-gara homesick. Gara-garanya paman saya akan menikah dan hampir semua orang mempertanyakan apakah saya akan pulang ke kalimantan apa tidak. Sementara, orang tau saya menyarankan saya untuk tidak pulang T__T

Ya sudahlah… mau bagaimana lagi. Hari akad nikah dan resepsi paman saya menikah nanti (insyaAllah bulan ini. Mohon doanya ya :D) bertepatan sekali dengan hari praktikum saya. Saya hanya bisa berdoa semoga semuanya berjalan lancar dan homesick saya bisa sedikit berkurang.

 

life to do~life to give the best 😀

Home(sick) part 1

Actually it is not the first time I missed my home much, but it is for the second, the third and another…. Yeah, this is the risk that I have to take if I have chosen to continue my education far from my home 😥

Menjadi sangat iri ketika mendengar teman-teman satu departemen anda saat weekend tiba dan berkata, “Iya nih, gue mau pulang ke rumah. Kangen rumah pokoknya.” Apa kabar saya dan teman-teman lain yang rumahnya jauh. Yang harus bersabar menunggu libur lebaran atau libur semester tiba. Sementara kenyataannya, saya sering mengalami homesick beberapa hari sebelum ujian tiba. What a bad day?? Bertahan menghadapi ujian dan menghadapi homesick yang mendera tanpa pertanyaan apakah saya sedang ujian atau tidak. Apakah saya sedang banyak laporan atau tidak,apakah saya sedang banyak amanah atau tidak. Heuuuu….>,<

Yeah, this is one of many peak time that I feel so HOMESICK. Just ask me why. Because my beloved uncle will marry this month, and when other of my familiy come to Kalimantan to come to his wedding, I am here can’t do same with them 😥

Banyak dampak negatif dari homesick ini. Salah satunya adalah tidak konsen mengerjakan banyak hal. One of them is finishing and editing the report of practicum. And I really sorry to all of my friends in one group. I wish the value is not too bad 😥

Dewasalah…

Kata orang kedewasaan tidak ditentukan oleh umur seseorang tapi bagaimana cara orang tersebut berpikir, bagaimana orang tersebut memecahkan masalah. Waktu makrab beberapa bulan yang lalu, ada salah satu acara di mana semua orang akan menuliskan kekurangan dan kelebihan teman yang namanya tertulis pada kertas kemudian dikelilingkan atau diestafetkan hingga kertas tersebut kembali pada pemiliknya (nama di kertas tersebut). Dan, saya mendapat kritik bahwa saya masih kekanak-kanakan dan harus lebih dewasa. Sebenarnya, berbagai perasaan dan pikiran berkecamuk saat membaca kalimat tersebut. Tapi, inilah sisi dimana kita tidak mengetahui sesuatu yang justru orang lain mengetahuinya, karena mereka peduli dan mereka memperhatikan serta menilai.

Saya pernah berpikir untuk memberitahukan apa yang saya rasakan tentang mereka atau dia. Bagaimana perilakunya berpengaruh terhadap saya dan sebagainya dan sebagainya. Saya pikir lebih baik saya mengatakan apa adanya daripada akhirnya saya hanya membicarakan kekesalan atau kejengkelan saya di belakang mereka, lewat media seperti pasang status di facebook atau twitter,misalnya “Idiiih, gue jengkel banget sama dia.Kenapa sih dia begini? bla-bla-bla……..”

Ya…mungkin hal ini bisa mengurangi sedikit rasa kesal. But, trust me it will not finish your problem and it won’t lost your bad feeling. Because you just tell it in facebook that maybe make another people interpet with false meaning. Bisa saja orang lain yang gak punya salah, justru menduga bahwa dia salah dan orang yang salah malah tidak merasa (That’s what I felt several month ago)

intinya, dewasalah. Selesaikan masalah dengan cara orang dewasa menyelesaikan masalah.Kalau tidak dicoba, tidak ada yang tahu hasilnya seperti. Seburuk-buruknya orang adalah orang yang berhenti mencoba…

Yeah…I also still try to do it 😀