Nostalgia a.k.a. ngegembel

Kosa kata di atas sering sekali saya gunakan akhir-akhir ini. Gak sih, udah lama sebenarnya menggunakan kosakata di atas, dan ngerasa sedikit jahat dan agak gaul dengan kosa kata tersebut *abnormal*

Jadi, kisahnya, ketika anak-anak IPB udah pada banyak yang pulang, karena udah malam dan plis ini hari jumat a.k.a bentar lagi weekend cuy tapi masih banyak yang rapat alias kumpul alias meeting (aktivis), dapat sms dari my best partner in crime dari jaman TPB à mba British Cambridge untuk ngewarkop bareng sama si mbah jenggotan ketua LK *halah*. Gak rame sih, gak ada mas advokasi kampus dan gak ada abang SR juga gak ada si absurd kacamata. Jadinya Cuma bertiga. Bener-bener pengen manfaatin quality time kita yang jarang bisa ada karena masing-masing punya kesibukan sendiri. Bisa kumpul once in a while walau hanya sekitar satu setengah jam itu subhanallah sekali. Bener deh…

Gak tau siapa pencetusnya, waktu ngegembel bareng sering dilakukan di warkop, walau terakhir di warung tenda pinggir jalan kampus (tapi tetep sebelumnya habis ngewarkop, cumanya si mbah jenggotan dan mas advokasi masih lapar ceunah dan kondisinya gue baru datang).

Gak banyak hal resmi yang bisa dibicarakan saat ngegembel time. Ya, namanya juga ngegembel, maka semuanya adalah percakapan yang jauh dari kata resmi. Cerita-cerita keseharian, tadi sih kebanyakan tentang perjalanan si mbah jenggotan ke Jepang *sigh* dan jersey bola yang diskon dari mba British Cambridge. Terus pada cerita pengen ke Vancouver, yang katanya lewat pinggir jalan jalur kereta dan adalah hal BIASA ngeliat paus lompat. Oke, BIASA man!

Gue selalu belajar banyak dari mereka, terutama semangat mereka menggapai mimpi mereka. Terus tetiba melihat diri sendiri, melirik ke dalam diri sendiri dalam diam. Kok gue kayanya dreamless banget. Apakah ini efek adaptasi dari jurusan impian yang ditolak lalu menerima kenyataan dan tak ada arah berasa ditiup angin sore, dibawa mengalir air atau ditendang kaya bola. Dan tetiba merasa kecil. Mungkin orang bisa jadi ngerasa kecil karena mereka dreamless.

Entahlah, waktu ngegembel kali ini nampaknya banyak menampol diri gue luar dan dalam. Dan hebatnya dari waktu ngegembel dengan para partner in crime jaman TPB itu adalah : tiba-tiba gue bukan makhluk molusca lagi. Yang dua harian ini lemes efek radang tenggorokan kambuh dan flu dan agak demam dan tulang-tulang rasanya ngilu sampai ke bagian perut kiri atas serasa ada jari-jari menggelitik halus dari dalam tiba-tiba gak berasa pernah sakit dan lemas. Tiba-tiba tugas MPG yang tadinya terlihat ribet jadi gak ribet, malah bikin makin galau *tetep* (btw ini curhat banget yak)

Mungkin ini cara Dia negur gue yang akhir-akhir ini dreamless dan abu-abu. Terima kasih, alhamdulillah. Dari waktu ngegembel ini, gue selalu belajar : hubungan sama orang lain itu kudu dijaga dengan baik dan benar. Yang penting kalau lu gak punya banyak waktu adalah kualitasnya. Kalau aja jupiter itu bisa ditinggalin manusia dan sehari dalam hidup itu sekitar 3 kali sehari di bumi maka yang penting adalah kuantitas dan kualitas. Saat nulis ini, tetiba ilham muncul. Iya, ya. Quality time *ting-ting, dapat ide cemerlang*

Sudah, nanti menulis lagi deh…

~life to Do!

 

Perputaran

Judul ini mungkin kurang lebih sama saja dengan postingan sebelumnya yang berjudul pergantian. Mengulang judul yang sama? Tidak kreatif? Mungkin juga iya mungkin juga tidak. Tidak karena, pengulangan yang baik oleh yang sama masih dalam satu konten dan penulis dibenarkan *aturan main siapa sih?*

Perputaran di sini masih soal revolusi dan rotasi, yang terkadang tidak menyenangkan. Yang seringnya melelahkan. Entah kenapa bagian melelahkan ini terasa lebih panjang, padahal panjang waktunya sama saja. Dan entah kenapa bagian menyenangkan terasa begitu singkat, padahal panjang waktunya juga tidak berbeda dengan bagian melelahkan. Mungkin ini bagian dari perspektif hidup, yang bisa dipandang dari banyak sudut, hampir 360 derajat besar sudutnya. Atau malah lebih luas daripada itu? Sudutnya malah seperti satu titik ditengah-tengah bola?

Kembali ke perputaran.Semua orang mengalaminya, sebagai bagian dari jalur revolusi. Hidup kita mungkin seperti planet, mengeliling satu titik yang sama, berevolusi dan punya kala revolusinya masing-masing. Bahasa sederhananya, hidup manusia sama seperti roda. Kadang terasa menyenangkan, kadang tidak. Kadang begitu semangat, kadang tidak. Begitu terus. Orang dewasa menggantikan lansia, yang remaja menggantikan orang dewasa, anak-anak menggantikan remaja dan begitu terus. Bedanya untuk sistem perputaran ini, ornag-orangnya sering berganti setiap waktu, perasaan yang dibawa pun berbeda.

Kalau kita tidak pernah salah, mungkin kita tidak pernah belajar”

Kalimat di atas berarti begitu banyak akhir-akhir ini. Kalimat itu secara tidak langsung menyemangati untuk tetap bertahan di jalur ini, jangan berhenti sekarang. Terminalnya bukan disini, tapi didepan nak. Kalimat di atas bukan hendak membuat kita selalu salah baru belajar, bukan. Kalimat di atas membuat berani untuk terus maju dan tidak takut salah. Kalau ada kesalahan itu bukan artinya kegagalan tapi memang belum waktunya untuk sukses.

Perputaran ini memang menyakitkan, komitemen memang menyakitkan *efek upgrading*

Mungkin kita terbiasa dengan hal menyenangkan sebelumnya, lalu harus menghadapi perbedaan yang nyata di depan kita. Lalu apakah kita harus lari kemudian? Tidak, lari bukan jawaban. lari selalu bukan jawaban yang tepat. Hadapi kesakitan itu dengan segala hatimu. Biarkan saja kesakitan itu ada, biarkan. Sungguh biarkan. Biarkan keirian itu hadir di sana, tempat yang paling merindukan kebahagiaan pada seorang manusia. Iri akan senyuman orang lain,iri yang baik.

Pada akhirnya, inti dari perputaran adalah pergantian. Jika kemarin kita yang menjadi penonton dan tangan di bawah, hari ini dan seterusnya akan ada orang lain yang menduduki posisi kita kemarin, lalu kita harus maju ke depan. Move On! Maju ke depan dan menjadi subjek yang memberi dan tangan di atas.

Katanya manusia punya kemampuan adaptasi yang tinggi. Dari itu saja, seharusnya kita bisa bertahan, bukan karena orang lain. Tapi dari posisi bertahan itu memang ada kewajiban yang harusnya kita laksanakan. Memberi dan menjadi teladan untuk orang sesudah kita. Terserah, menjadi teladan yang baik atau teladan yang buruk. Dua-duanya kalau dipandang pada perspketif anak baik akan menghasilkan input yang sama : yang pertama semangat meniru lebih baik dan yang kedua semangat belajar dari kesalahan orang lain.

Bumi ini berputar, langit juga sama. Planet, bintang, bulan, meteor juga bergerak kok. Bahkan sel-sel tubuh kita juga terlibat siklus. Mereka semua berputar, kenapa kita tidak? kenapa kita hanya mau berdiam diri?

*menasehati diri sendiri*

~life to Do!

Mati Gaya

Beneran kalau lagi gak ada ide kaya gini, melihat halaman add new post semacam scary di siang begini. Bener-bener lagi kehabisan ide, mati gaya, mati kutu. Sebenarnya ada sih yang numpang lewat di otak dari kemarin, tapi menurut saya disini bukan tempat yang tepat. You know it lah ya, semacam dress code untuk suatu acara, blazer dan jas untuk acara seminar-seminar formal dan baju kaos untuk cuci baju (Ah, jadi ingat cucian masih banyak -___-).

Mati gaya, saya seringnya merasakan demikian. Kalau difoto untuk apa pun itu dan foto yang diambil banyak dalam waktu berdekatan, pasti rata-rata gayanya sama. Kalau gak dengan dua tangan membentuk huruf V atau cuma senyum pamer gigi. Haha…gak penting banget yak?

Kalau lagi mati gaya jadinya malah bingung mau ngerjain apaan dan mikir apaan. Mau menulis juga bingung saking mati gayanya. Benar-benar belum ada tema atau topik yang menarik perhatian untuk ditulis dengan semangat. Mati gaya bener-bener bikin gak produktif. Tapi dengan berusaha menulis di sini *biar gak dapat denda* saya berusaha sekuat tenaga supaya tetap produktif walau pun hanya melahirkan tulisan semacam curhatan akibat mati gaya (Emang yang kemarin-kemarin bukan curhatan?).

Mati gaya, pengen motret juga bingung mau motret apaan. Paling dadakan kalau lagi ada di suatu tempat dan hal yang menarik untuk dijepret. Mati gaya, baca buku aja berasa hampa. Bener-bener hati gak ada di tempat, bener-bener payah. padahal kata seorang yang kalimatnya saya kutip (lupa namanya) :

Kemana pun kamu pergi, bawalah hatimu….”

Mati gaya, detik-detik menyebalkan yang sangat-sangat saya tidak sukai. tapi tahapan ini memang harus dilalui dengan lapang dada. sabar aja…

Mati gaya, buka tumblr aja rasanya malas buat reblog. Padahal banyak hal-hal semacam kutipan yang menarik dan bagus, atau ada tulisan yang kece dan gambar yang bagus *maniak tumblr*. Pengen pergi menyendiri. Mungkin mati gaya ini disebabkan galau penelitian.

Kemarin sudah saya katakan, akhirnya (halah) tentang keinginan meneliti masyarakat di pedalaman. Lalu dosen yang saya tanyakan semacam memberi peluang untuk meneruskan ide gila itu. Ide yang diragukan orang tua saya karena kendala budaya dan sulitnya akses. Mati gaya, akhirnya bingung mau topik apa. Walau pun sudah ada topik penelitian yang dekat –> nge-lab. Mau bikin produk tentang buah dan sayur. Mohon doanya ya para pembaca…

Mati gaya, kalau buat para cewek-cewek, mungkin jadinya bingung mau pakai baju apa (girls nowadays kalau kata si Qaqa mah). Semua baju kelihatannya gak menarik dan mendadak tidak membuat semangat. beneran deh, mati gaya ini penyakit mematikan sepanjang masa. Ini mati gaya kenapa ya? Apakah saya yang masih ababil atau manajemen stres saya yang kurang baik.

~life to Do!